Puasa Ramadan untuk Kesehatan Mental
الحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ وَأَرْسَلَ رَسُوْلَه بِالقُرآنِ وَهُوَ أَحْسَنُ المُعْجِزَاتِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، لَا نَبِيَّ وَلَا رَسُولَ بَعْدَهُ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِ المُرْسَلِينَ، سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ. أَمَّا بَعْدُ. فَيَا أَيُّهَا الحَاضِرُونَ المَحْبُوبُونَ، أُوصِيكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ، فَقَدْ قَالَ فِي كِتَابِهِ العَزِيزِ }يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ{ وَقَدْ قَالَ} : وَاِذَا سَاَلَكَ عِبَادِيْ عَنِّيْ فَاِنِّيْ قَرِيْبٌ ۗ اُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ اِذَا دَعَانِۙ فَلْيَسْتَجِيْبُوْا لِيْ وَلْيُؤْمِنُوْا بِيْ لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ{
Hadirin jemaah salat Jum’at yang berbahagia,
Pada kesempatan ini, khatib ingin mengingatkan kita semua untuk senantiasa meningkatkan takwa dengan mematuhi segala perintah Allah Swt dan menjauhi larangan-Nya, seraya meneladani Baginda Nabi Muhammad saw sebagai penyampai risalah dan teladan sempurna, agar kita kelak dipertemukan dalam kebahagiaan abadi di jannah-Nya.
Hadirin sidang Jum’at yang dimuliakan Allah,
Puasa Ramadan tidak hanya merupakan ritual ibadah yang secara khusus diwajibkan bagi umat Islam di bulan Ramadan. Puasa Ramadan juga tidak sekedar ibadah yang bernilai pahala bagi umat Islam yang mengerjakannya. Lebih dalam, puasa Ramadan menyimpan berbagai hikmah yang begitu berharga bagi kehidupan setiap muslim yang menjalaninya dengan penuh ketaatan dan penghayatan.
Salah satu di antara hikmah puasa Ramadan ialah sebagai solusi kesehatan mental. Isu kesehatan mental menjadi salah satu pembicaraan yang menyita perhatian dewasa ini. Belakangan ini cukup banyak dijumpai kasus bunuh diri yang diakibatkan oleh gangguan mental seperti depresi dan kecemasan berlebih. Salah satu penyebabnya ialah kurangnya kemampuan dalam mengendalikan serta mengelola emosi dan pikiran ketika berhadapan dengan masalah kehidupan. Tercatat sebelum penghujung tahun 2024 terdapat 849 kejadian bunuh diri dan hampir 50% terjadi pada remaja yang beranjak ke usia dewasa.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Ada beberapa hikmah yang bisa diambil dari tradisi puasa Ramadan yang jika ditinjau dari sisi manajemen emosi dan pikiran, dapat menjadi solusi bagi masalah kesehatan mental. Hikmah pertama dan utama berkaitan dengan aspek manajemen waktu yang memberikan pelajaran bagi manusia dalam menjalankan hidup yang disiplin. Dalam Q.S. Al-Baqarah [2]: 187, Allah Swt berfirman:
وَكُلُوْا وَاشْرَبُوْا حَتّٰى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْاَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْاَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِۖ ثُمَّ اَتِمُّوا الصِّيَامَ اِلَى الَّيْلِ
“Makan dan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan) antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar. Kemudian, sempurnakanlah puasa sampai (datang) malam.”
Puasa begitu identik dengan tata waktu, sebab puasa memiliki batasan durasi yang dimulai ketika fajar dan berakhir ketika waktu terbenamnya matahari. Selama durasi puasa masih bergulir, maka umat Islam yang menjalaninya dilarang untuk melakukan hal-hal yang dapat membatalkan puasa, seperti halnya makan, minum maupun melakukan hubungan suami-istri. Juga, melakukan hal-hal negatif yang bisa mengurangi keutamaannya.
Aturan tersebut tidak hanya berlaku sebagai aturan ritualitas agama semata, namun juga memberi penekanan pada pembelajaran untuk menjalani hidup secara disiplin. Sebab tanpa adanya ketaatan atas batasan maupun aturan yang berlaku, maka ritual puasa yang dilakukan tidak akan sempurna atau bahkan dinyatakan batal.
Sidang Jum’at hafizhakumullah,
Hikmah kedua masih berkaitan aspek kedisiplinan, namun lebih spesifik dalam tata kelola makan. Puasa Ramadan memberlakukan aturan makan ketika sahur dan makan saat waktu berbuka tiba. Aturan ini secara langsung mengharuskan siapapun yang ingin berpuasa untuk mampu membiasakan dirinya makan dengan batasan durasi yang ditentukan. Hal ini berakibat pada pembentukan pola makan teratur yang menjadi salah satu indikator dari pola hidup sehat. Pola makan teratur dan disempurnakan dengan asupan gizi yang cukup juga sangat berpengaruh bagi kesehatan mental.
Bahkan hadis-hadis yang berkaitan dengan makan sahur dan berbuka, juga melengkapi pemahaman kita bahwa makan tidak hanya sekedar mengisi kekosongan perut namun juga rohani. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw tentang fadhilah sahur dan berbuka berikut:
تَسَحَّرُوا فإنَّ في السَّحُورِ بَرَكَةً
“Sahurlah kalian, sebab di dalam sahur terdapat keberkahan.”
لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ: فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ، وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ
“Bagi orang yang berpuasa terdapat dua kebahagiaan: kebahagiaan tatkala berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabb-nya.”
Kedua hadis ini memberikan pelajaran bahwa di dalam sahur maupun berbuka puasa terdapat keberkahan dan kebahagiaan yang dapat dirasakan secara rohani setelah menjalankan ritual yang mengasah spiritual.
Jemaah yang berbahagia,
Hikmah ketiga berkaitan dengan tata kelola emosi dan pikiran serta hal-hal negatif lain yang mengikutinya. Puasa Ramadan begitu kental dengan nuansa menahan diri, maka dalam literatur fikih, puasa dimaknai dengan “al-imsāk” yang secara literal artinya “menahan”. Menariknya, dalam Q.S. Al-Baqarah [2]: 187, Allah Swt tidak hanya memberikan panduan aturan bahwa puasa hanya bertumpu pada menahan diri dari makan dan minum. Namun, Allah Swt justru membawa gambaran kasus hubungan suami istri secara dominan.
اُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ اِلٰى نِسَاۤىِٕكُمْ ۗ هُنَّ لِبَاسٌ لَّكُمْ وَاَنْتُمْ لِبَاسٌ لَّهُنَّ ۗ عَلِمَ اللّٰهُ اَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَخْتَانُوْنَ اَنْفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنْكُمْ ۚ
“Dihalalkan bagimu pada malam puasa bercampur dengan istrimu. Mereka adalah pakaian bagimu dan kamu adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menahan dirimu sendiri, tetapi Dia menerima tobatmu dan memaafkanmu.”
Penggambaran ini tidak hanya bisa dipahami secara tekstual tapi juga metaforis bahwa seksualitas yang sangat berkaitan dengan emosi dan pikiran menjadi tantangan yang begitu besar bagi orang yang berpuasa. Maka puasa Ramadan merupakan kawah candradimuka bagi umat Islam untuk mampu mengelola emosi serta pikirannya dengan baik sehingga mampu menata dirinya untuk menjalani hidup dengan positif dan produktif. Dalam hal ini, latihan kesabaran dan kemampuan mengelola diri dari sisi internal benar-benar diuji.
Jemaah Jum’at rahimakullah,
Selanjutnya dua sabda Nabi Muhammad saw dalam hadisnya menekankan betapa pentingnya puasa Ramadan sebagai wasilah untuk menjalani hidup yang positif dan produktif, serta mengelola diri tidak hanya dari gangguan internal, melainkan juga eksternal sebagaimana berikut:
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالعَمَلَ بِهِ وَالجَهْلَ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ.
“Siapapun yang tidak mampu meninggalkan tutur lisan maupun perbuatan yang sia-sia (tidak bermakna) serta bertindak bodoh (maupun kebodohan itu sendiri), maka Allah Swt tidak memiliki kepentingan (tidak memberi apresiasi) terhadap orang yang meninggalkan makan dan minumnya (berpuasa).”
لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ الْأَكْلِ وَالشُّرْبِ، إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ، فَإِنْ سَابَّكَ أَحَدٌ أَوْ جَهِلَ عَلَيْكَ فَلْتَقُلْ: إِنِّي صَائِمٌ، إِنِّي صَائِمٌ.
“Puasa tidak hanya sekedar menahan diri dari makan dan minum, tapi puasa yang sesungguhnya ialah menahan diri dari tutur lisan yang sia-sia (tidak bermakna) dan kotor/keji. Jika ada seseorang yang mencelamu atau bertindak bodoh terhadapmu, maka katakanlah: ‘aku berpuasa’, ‘aku berpuasa’.”
Pada akhirnya, penghayatan terhadap puasa Ramadan tidak hanya memberikan kenikmatan dalam menjalaninya sebagai ibadah. Lebih dari itu, puasa Ramadan juga melatih umat Islam untuk mampu hidup dan menjalani kehidupannya dengan baik lewat kedisiplinan, tata kelola emosi dan pikiran untuk tetap positif, baik secara internal maupun dari gangguan eksternal dan tetap menjaga produktivitas. Bahkan, di sela-sela ayat-ayat yang berbicara perihal puasa Ramadan di Q.S. Al-Baqarah [2]: 183-187, Allah Swt menyisipkan satu ayat, Q.S. Al-Baqarah [2]: 186 yang hadir sebagai pengingat bahwa Allah Swt selalu siap mendengarkan kita dan dekat dengan kita sehingga tidak perlu ada yang terlalu dirisaukan.
,وَاِذَا سَاَلَكَ عِبَادِيْ عَنِّيْ فَاِنِّيْ قَرِيْبٌ ۗ اُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ اِذَا دَعَانِۙ فَلْيَسْتَجِيْبُوْا لِيْ وَلْيُؤْمِنُوْا بِيْ لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ.
“Apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang Aku, sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Maka, hendaklah mereka memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْم.
KHOTBAH KEDUA
الحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، لَا نَبِيَّ وَلَا رَسُولَ بَعْدَهُ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِ المُرْسَلِينَ، سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ. أَمَّا بَعْدُ. فَيَا أَيُّهَا الحَاضِرُونَ المَحْبُوبُونَ، أُوصِيكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ، فَالتَّقْوَى هِيَ وَصِيَّةُ رَبِّ العَالَمِينَ لِلْأَوَّلِينَ وَالْآخِرِينَ مِنْ خَلْقِهِ، فَقَدْ قَالَ فِي كِتَابِهِ العَزِيزِ }يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ .{وَأَمَرَ المُسْلِمِينَ وَالمُؤْمِنِينَ بِالصَّلَاةِ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ كَمَا قَالَ فِي القُرْآنِ} :إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا{ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِينَ وَالمُؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ. اللَّهُمَّ يَسِّرْ لَنَا أُمُورَنَا وَحَصِّلْ مَقَاصِدَنَا وَأَحْسِنْ مَنْ أَحْسَنَ إِلَيْنَا، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبَادَ اللَّهِ! إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي القُرْبَى، وَيَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالمُنْكَرِ وَالبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ. فَاذْكُرُوا اللَّهَ العَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَر.
Jika Anda membutuhkan sitasi pada Buku Digital ini, silahkan generate secara otomatis menjadi format APA, MLA, IEEE, Chicago, Harvard, dan Turabian.
Support kami dengan komentar positif dan ulasan yang membangun.
* Anda Wajib login Untuk Menulis Komentar/Review.