Puasa Mencegah Disinformasi
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ اَمَرَنَا بِلُزُمِ اْلجَمَاعَةِ، وَنَهَانَا عَنِ اْلاِخْتِلَافِ وَالتَفَرُّقَةُ، وَاْلصَّلَاةُ وَالسَّلآ مُ عَلٰى نَبِيِّ الرَّحْمَةِ، وَعَلٰى اٰلِهِ وَاَصْحَا بِهِ هُدَاةِ اْلاُمَّةِ، أَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُه، مَاشَاءَاللهُ كَانْ وَمَالَمْ يَشَأْلَمْ يَكُنْ لَاحَوْلَ وَلَا قُوَّةَ اِلاَّ بِ اللهِ اْلعَلِيِّ اْلعَظِيْم، أَمَّا بَعْد. فَيَآيُّهَا اْلمُسْلِمُوْنَ، فَيَآيُّهَا اْلمُؤْمِنُونَ، اُوْصِيْكُمْ فَإيَّايَ بِتَقْوَالله، فَقَدْ فَازَ اْلمُتَّقُوْنَ، فَقَالَ اللهُ تَعَالىَ فِيْ كِتَابِهِ اْلكَرِيْمِ، آَعُوْذُبِاللّٰهِ مِنَ اْلشَّيْطَانِ اْلرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ، يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَقُوۡلُوۡا قَوۡلًا سَدِيۡدًا ۙ
Pada hari Jum’at yang penuh berkah ini, izinkan khatib berwasiat kepada jemaah sekalian, khususnya kepada diri khatib sendiri, untuk senantiasa meningkatkan iman dan takwa kepada Allah Swt, yakni dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Adapun tema khutbah Jum’at hari ini adalah “Puasa Mencegah Disinformasi”. Hal ini dimaktubkan Allah dalam Al-Qur’an Surat Al-Ahzab ayat 70:
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَقُوۡلُوۡا قَوۡلًا سَدِيۡدًا ۙ
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar”.
Sidang jemaah Jum’at rahimakumullah,
Al-Qur’an Surat Al-Ahzab ayat 70 yang khatib sampaikan di atas, menjelaskan bahwa adanya hubungan yang kuat antara berpuasa dengan perkataan. Ini berarti adanya perintah Allah kepada orang-orang yang melaksanakan ibadah berpuasa untuk menjaga lisan dari ucapan yang sia-sia, menyakitkan, atau berisi kebohongan, termasuk fitnah, gibah (menggunjing), dan menyebarkan informasi yang tidak benar. Tidak dalam konteks literasi makna puasa, namun juga dalam konteks historis yang dilakukan.
Puasa tidak hanya tentang menahan lapar dan haus, tetapi juga menjaga diri dari dosa-dosa lisan yang dapat merusak pahala puasa. Pada Ramadan nantinya, kita dapat jadikan momentum sebagai penanaman nilai-nilai kejujuran, maka dari itu, kita cegah penyebaran disinformasi. Menyampaikan disinformasi bagian dari kemungkaran. Perbuatan mungkar merupakan perbuatan yang mengandung dosa, syubhat, makruh, haram, maksiat, mafsadat, dan mudharat yang tentunya dilarang oleh Allah Swt. Orang yang berpuasa akan menjaga diri dari perbuatan berbohong, memfitnah, menggunjing dan lainnya. Apalagi dengan teknologi yang semakin canggih dan modern saat ini yang menunjukkan kemampuannya untuk membantu manusia dalam setiap pekerjaan. Namun tidak sedikit dari teknologi tersebut dimanfaatkan untuk tindakan kejahatan atau kriminalitas termasuk disinformasi.
Disinformasi adalah tindakan penyebaran informasi yang tidak benar dengan tujuan menyesatkan atau menciptakan kekacauan pada diri dan bangsa. Disinformasi memakan banyak korban kemanusiaan dan telah menjadi masalah serius dalam masyarakat modern seperti saat ini. Disinformasi dapat menimbulkan fitnah, memicu konflik sosial, dan merusak persatuan umat. Dalam konteks puasa, tentu perilaku tindakan ini sangat bertentangan dengan tujuan ibadah, yaitu karena ibadah puasa membentuk individu yang bertakwa dan berakhlak mulia yang termaktub dalam Al-Baqarah ayat 183.
Satu di antara tindakan kejahatan melalui teknologi informasi adalah menggunakan AI atau Artificial Intelligence yang merusak jati diri manusia dan bangsa. Beberapa akhir ini, kita dikejutkan dengan video ucapan tokoh nasional seperti Presiden Prabowo Subianto yang menyampaikan pidato pemberian bantuan dana yang dikirim secara langsung kepada masyarakat. Video yang berdurasi puluhan menit tersebut menjadi viral bahkan dianggap kebenaran informasi bagi seluruh rakyat Indonesia. Padahal pada video tersebut adalah buatan dari AI dengan menggunakan teknologi deepfake.
Sidang jemaah Jum’at rahimakumullah,
Tidak sedikit kejahatan teknologi digital diperankan untuk mengambil hak-hak orang lain dengan mudah. Begitu mengerikannya kejahatan fisik perampokan dan pencurian, ternyata mencuri melalui penipuan, menyampaikan disinformasi yang menguntungkan sepihak, merusak akhlak generasi melalui penyampaikan berita-berita kebohongan dengan menggunakan teknologi digital (deepfake) juga sangat berbahaya bagi manusia. Apalagi disinformasi melalui teknologi informasi sangat mudah disebarkan dan mudah dilihat bagi siapapun termasuk generasi muda. Berbahayanya tindakan dan sikap disinformasi, tentunya Allah Swt memberikan petunjuk dengan menjaga diri dari mara bahaya yang termaktub dalam Al-Qur’an Surat At-Tahrim ayat 6:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ قُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَٰٓئِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُونَ ٱللَّهَ مَآ أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ.
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.
Sidang jemaah Jum’at rahimakumullah,
Satu di antara memelihara diri dan keluarga adalah melalui pendidikan, atau pentingnya pendidikan Islam sejak dini. Dalam Risalah fi Tahzib al-Akhlaq, Ibnu Sina menekankan pentingnya pendidikan sejak dini dengan memberikan perhatian pada aspek fisik, mental, dan spiritual. Baginya, pendidikan agama harus berjalan seiring dengan pembentukan karakter. Menurut Ibnu Sina, anak yang sejak kecil diajarkan nilai-nilai agama akan lebih mudah memahami konsep moral, etika, dan tanggung jawab.
Memberikan pengetahuan tentang puasa dan melaksanakan puasa di bulan Ramadan adalah bagian dari pendidikan, yaitu didikan atau ajaran orang tua kepada anak-anaknya tentang puasa, apa itu puasa, kapan berpuasa, siapa yang diwajibkan berpuasa, bagaimana cara berpuasa serta apa hikmah berpuasa. Pertanyaan-pertanyaan yang diiringi dengan jawaban tentunya menjadikan anak-anak kita lebih paham dan bertanggung jawab dari apa yang dipahami serta dari apa yang dilakukannya dalam berpuasa. Imam Al-Ghazali, dalam kitabnya Ihya’ Ulumuddin menyampaikan hikmah berpuasa yaitu menjaga lisan dari dusta, gibah (menggunjing), dan ucapan sia-sia. Menurutnya, seseorang yang berpuasa tetapi tidak menjaga lisannya dari keburukan, puasanya akan kehilangan makna dan pahalanya berkurang.
Ibnu Hajar Al-Asqalani Dalam kitab Fathul Bari, Ibnu Hajar menafsirkan hadis Rasulullah saw, “Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan buruk, maka Allah tidak membutuhkan puasanya." (H.R. Bukhari). Bagi umat Islam dan tentunya umat yang beriman dan bertakwa, kita dituntut untuk lebih cerdas dalam menerima berbagai informasi. Diperlukan adanya filterisasi atau saringan yang mampu menerima kebenaran dan membuang penipuan atau disinformasi yang merusak diri dan bangsa.
Sidang jemaah Jum’at rahimakumullah,
Puasa adalah sarana untuk memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas hubungan kita dengan Allah dan sesama manusia (makna hablum minallah, hablum minannas, dan hablum minal 'alam). Mencegah disinformasi selama berpuasa di bulan Ramadan nantinya, adalah langkah konkret dalam mengaplikasikan nilai-nilai beribadah kepada Allah Swt. Tentunya ibadah puasa yang diridai Allah Swt adalah puasa dengan menjaga lisan, termasuk dari tidak menyebarkan informasi palsu, akan membawa keberkahan bagi diri sendiri dan lingkungan sekitar (hablum minal ‘alam). Oleh karena itu, jadikan bulan Ramadan sebagai momentum untuk lebih bijak bersikap dalam berkata, menulis, dan membagikan informasi. Semoga jemaah sekalian, tentu bagi khatib sendiri, menjadi pribadi yang selalu menjaga kebenaran dan menebarkan kebaikan di mana pun kita berada.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْاٰنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمِ، وَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khotbah Kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ ثُمَّ الْحَمْدُ لِلَّهِ. أَشْهَدُ أنْ لآ إلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَا نَبِيّ بعدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يٰأَيُّها الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ. اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْبَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالسُّيُوفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ. عٍبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ.
Jika Anda membutuhkan sitasi pada Buku Digital ini, silahkan generate secara otomatis menjadi format APA, MLA, IEEE, Chicago, Harvard, dan Turabian.
Support kami dengan komentar positif dan ulasan yang membangun.
* Anda Wajib login Untuk Menulis Komentar/Review.