Media Sosial

 

Nilai-Nilai Shalat Lima Waktu Dalam Spirit Kemerdekaan

Nilai-Nilai Shalat Lima Waktu Dalam Spirit Kemerdekaan
Pengarang
Dr. Muhammad Salman Palewai.,S.Ag.,M.Ag. 
Instansi
Kategori
Spirit Kemerdekaan 
Statistik Data
 
Tgl. Publish
Rabu, 02 Agustus 2023 

NILAI-NILAI SHALAT LIMA WAKTU DALAM SPIRIT KEMERDEKAAN

Oleh: Dr. Muhammad Salman Palewai.,S.Ag.,M.Ag.

KHUTBAH PERTAMA

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ، اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللهُ، اَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، أَرْسَلَهُ بِاْلهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ، اَللّٰهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهْ ووَاَلَاهُ.

أَمَّا بَعْدُ : فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أَوْصِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فقال تعالى: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِه وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

Hadirin samaah Shalat Jum’at yang dirahmati Allah Swt,

Alhamdulillah segala puji bagi Allah Swt. atas limpahan rahmat dan karuania-Nya kepada kita semua yang tidak terbilang jumlahnya. Salah satu karunia-Nya yang tiada tara kepada kita khususnya bangsa Indonesia yaitu nikmat kemerdekaan yang telah kita nikmati selama ini.

Menurut para ulama, seseorang yang menyatakan dirinya bersyukur mestilah kesyukurannya mencakup tiga hal. Pertama: syukur dengan hati, yaitu kepuasan bathin atas anugerah Allah Swt. Kedua: Syukur dengan lisan yaitu mengakui anugerah dan memuji pemberian-Nya. Ketiga: Syukur dengan perbuatan dengan memanfaatkan anugerah-Nya yang diperoleh sesuai dengan tujuan penganugrahannya.

Terkait dengan nikmat kemerdekaan hendaknya kita semua berkeyakinan bahwa kemerdekaan yang kita peroleh ini adalah anugrah yang sungguh luar biasa dari Allah Swt. Selanjutnya dilanjutkan dengan tahmid serta yang tidak kalah pentingnya adalah kita semua mengambil peran sesuai profesi dan posisi kita masing-masing untuk mengantarkan negara yang kita cintai untuk mencapai tujuan kemerdekaanya. Tujuan negara Indonesia tertuan secara jelas dalam Pembukaan UUD 1945 pada alinea keempat, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Dengan ini dapat disimpulkan bahwa tujuan Negara Republik Indonesia adalah perlindungan, kesejahteraan, pencerdasan, dan perdamaian.

Lalu pertanyaannya kemudian sebagai seorang muslim bagaimana cara mengisi kemerdekaan sebagai wajud rasa syukur sekaligus menebus air mata, darah bahkan nyawa para pejuang syuhada? Jawabannya adalah mari kita mengamalkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari kita. Salah satunya adalah nilai-nilai shalat lima waktu. Pertanyaan berikutnya nilai-nilai kebaikan apa yang terdapat dalam Shalat lima waktu?

Hadirin Jamaah Shalat Jum’at yang dirahmati Allah Swt.

Dalam pelaksanaan shalat lima waktu terdapat nilai-nilai kebaikan yang sungguh luar biasa di antaranya:

Pertama, Shalat adalah salah satu sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah, hal ini ditegaskan Allah dalam firman-Nya surah Taha ayat 14.

اِنَّنِيْٓ اَنَا اللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنَا۠ فَاعْبُدْنِيْۙ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَ لِذِكْرِيْ

“Sesungguhnya Aku adalah Allah, tidak ada tuhan selain Aku. Maka, sembahlah Aku dan tegakkanlah salat untuk mengingat-Ku.”

Prof. M. Quraish Shihab menjelaskan dalam Tafsir al-Mishbah yaitu; “Siapa yang memelihara dengan baik shalatnya, maka dia akan selalu mengingat Allah, dan siapa saja yang senantiasa mengingat Allah, maka hatinya akan selalu terbuka menerima cahaya Ilahi. Cahaya inilah yang menghasilkan pencegahan terhadap kekejian dan kemungkaran. Dan dengan demikian, substansi atau inti shalat yakni mengingat Allah itulah yang menjadikan seseorang terpelihara.

Ada juga yang memahami kata dzikir pada ayat ini dalam arti ‘Mengingat semua perintah dan larangan Allah sehingga maknanya adalah pengawasan melekat yang mendorong kepada ketaatan secara sempurna. Seirama dengan itu, menurut Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya’ Ulumiddin menyebutkan bahwa salah satu makna-makna yang tersembunyi dalam shalat yaitu al-haya’ atau merasa malu atas dosa.

Inilah sesungguhnya yang disebut dengan takwa. Dari segi bahasa kata takwa berarti “memelihara” atau “menghindari”. Dalam konteks keagamaan pemeliharaan tersebut berkaitan dengan diri atau keluarga, sedangkan penghindarannya berkaitan dengan siksa Tuhan di dunia ini dan di akhirat kelak. Para ulama mendefinisikan takwa sebagai “melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya”. Pengertian ini perlu uraian mendalam agar kita semua dapat mengamalkan secara sempurana.

Apa saja isi dan bentuk perintah Allah? Ada perintah-Nya yang berkaitan dengan syariat (agama) dan ada pula yang berkaitan dengan hukum-hukum kemasyarakatan (sunnatullah). Semuanya ini termasuk dalam jangkauan makna perintah Allah yang harus kita laksanakan. Siapa saja di antara kita yang mengamalkan perintah-Nya maka pasti memperoleh imbalan, demikian pula sebaliknya, Allah Maha adil. Hanya saja perintah yang berkaitan dengan syariat, seperti shalat, puasa, zakat ganjaran dan sanksinya secara sempurna ditunda sampai hari kemudian. Kalaupun ganjaran dan atau sanksi itu ada yang dapat dirasakan di dunia, itu sekadar panjar.

Berbeda dengan sikap terhadap perintah yang bersifat sunnatullah seperti perintah membaca, bekerja keras, menghargai waktu, menjaga kesehatan dan lain-lain sanksi dan ganjarannya langsung dirasakan dalam kehidupan dunia ini. Siapa yang giat bekerja, belajar, akan kaya dan sukses dan itulah ganjaran-Nya. Siapa yang membiarkan diri terserang kuman, atau menganggur tidak bekerja, pasti menderita dan itulah siksanya.

Bukankah hukum-hukum alam dan kemasyarakatan adalah ciptaan dan ketentuan Allah juga, dan penderitaan yang dialami akibat melanggarnya adalah ketetapan-Nya juga diberlakukan tanpa pilih kasih serta berdasarkan hukum-hukum itu? Jika demikian, mengapa ragu menyatakan bahwa kemiskinan dan penyakit serta keterbelakangan akibat pelanggaran dari perintah sunnatullah, bukankah Allah Swt. telah menyatakan bahwa manusia tidak dianiaya tapi mereka sendirilah yang menganiaya dirinya sendiri. Sebagai mana firman-Nya surah Ali Imran ayat 177.

وَمَا ظَلَمَهُمُ اللّٰهُ وَلٰكِنْ اَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُوْنَ

“Allah tidak menzalimi mereka, tetapi mereka yang menzalimi diri sendiri.”

Sekali lagi, mari kita melaksanakan perintah Allah Swt. baik dimensi syariat maupun sunnatullah sebagai langkah nyata mengisi kemerdekaan dan wujud syukur atas nikmat kemerdekaan.

Kedua, Shalat mencetak karakter sabar dan disiplin. Shalat yang dilakukan harus sesuai syarat dan rukun yang telah ditetapkan termasuk di antaranya tuma’ninah. Hal ini mengajarkan kepada kita semua bahwa dalam kehidupan ini kita harus hidup sesuai aturan. Kalau ada keinginan kita yang tidak sesuai dengan aturan maka kita harus bersabar menahan diri.

Terkait dengan tuma’ninah menjadikan shalat tenang, tidak terburu-buru, dan menunaikannya secara benar yang telah disyari’atkan. Demikan jugalah dalam kehidupan ini harus selalu menahan diri. Dalam latihan pengendalian diri inilah terbentuk krakter sabar. Dan itulah salah satu karakter yang dibutuhkan negara kita dalam mengantarkan tujuan kemerdekaannya.

Allah Swt. menyatupaketkan antara shalat dan sabar melalui firman-Nya dalam Q.S. Al-Baqarah: 45

وَاسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِ ۗ وَاِنَّهَا لَكَبِيْرَةٌ اِلَّا عَلَى الْخٰشِعِيْنَۙ

“Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sesungguhnya (salat) itu benar-benar berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.”

Dalam pada itu, shalat juga telah ditentukan waktunya, hikmah dari penentuan waktu shalat oleh Allah Swt. adalah kedisiplinan waktu, Kedisiplinan adalah salah satu modal utama dalam mencapai suatu tujuan, baik tujuan di dunia ataupun di akhirat. Pribadi yang mempunyai sikap disiplin cenderung akan mudah mencapai tujuannya dan tidak mudah terpengaruhi lingkungan sekitar.

Dalam sebuah hadits Rasulullah saw. juga menjelaskan bahwa salah satu amal yang paling disukai Allah adalah shalat tepat pada waktunya.

عن عبد الله بن مسعود -رضي الله عنه- قال: سَأَلتُ النبِيَّ -صلى الله عليه وسلم-: أَيُّ العَمَلِ أَحَبُّ إلى الله؟ قال: الصَّلاَةُ عَلَى وَقتِهَا. قلت ثم أَيُّ؟ قال: بِرُّ الوَالِدَينِ. قلت: ثم أَيُّ؟ قال: الجِهَادُ في سَبِيلِ الله. قال: حَدَّثَنِي بِهِنَّ رسول الله -صلى الله عليه وسلم- ولو اسْتَزَدْتُهُ لَزَادَنِي

Dari Abdullah bin Mas’ud Ra. Ia berkata: “Aku bertanya kepada Nabi saw. “Amal apakah yang paling disukai Allah?” Beliau menjawab: “Salat pada waktunya.” Aku bertanya lagi: “Kemudian apa?” Beliau bersabda: “Berbakti kepada kedua orang tua.” Aku bertanya lagi: “Kemudian apa?” Beliau bersabda: “Jihad di jalan Allah.” Ia berkata: “Rasulullah saw. menuturkan semua itu kepadaku, dan seandainya aku meminta tambahan, niscaya beliau menambahkannya untukku.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Ketiga, bentuk kedisiplinan lain yang diajarkan dalam shalat adalah disiplin sosial yaitu ketika menunaikan shalat berjamaah. Dalam shalat berjamaah tercermin kebersamaan dan saling menghormati meskipun berbeda mazhab, pandangan, pilihan politik. Dengan kedisiplinan sosial maka tidak akan adalagi saling mencela karena perbedaan. Jikalau nilai-nilai tersebut mampu ditegakkan oleh setiap muslim maka nilai kedisiplinan tersebut akan terbentuk dalam kepribadiannya. Diharapkan kemudian, kepribadian disiplin itu terejewantahkan bukan hanya ketika shalat namun dalam aktivitasnya di luar shalat. Dengan demikan akan dapat memudahkan mencapai suatu tujuan karena tidak akan ada kesuksesan tanpa manajemen waktu dan komitmen yang tinggi terhadap kedisiplinan.

Semoga kita diberikan kekuatan lahir dan batin untuk istiqamah menuaikan shalat lima waktu dan senantiasa memperoleh hikmah atau nilai-nilai luhur dari pelaksanaan ibadah shalat dan pada akhirnya kita wajudkan dalam mengisi kemerdekaan sebagai bukti kesyukuran kita kepada allah Swt.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْأَنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْأَيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمِ، وَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

KHUTBAH KEDUA

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ، اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ، وَبِفَضْلِهِ تَتَنَزَّلُ الْخَيْرَاتُ وَالْبَرَكَاتُ، وَبِتَوْفِيْقِهِ تَتَحَقَّقُ الْمَقَاصِدُ وَالْغَايَاتُ الْمَتِيْنِ .أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَانَبِيَّ بَعْدَهُ. لِلْعَالَمِيْنَ .اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ المـُجَاهِدِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ.

اَمَّا بَعْدُ: فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى اٰلِ سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمـُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا، اَللّٰهُمَّ وَفِّقْهُمْ لِمَا فِيْهِ صَلَاحُهُمْ وَصَلَاحُ اْلإِسْلَامِ وَالْمُسْلِمِيْنَ، اَللّٰهُمَّ أَعِنْهُمْ عَلَى الْقِيَامِ بِمَهَامِهِمْ كَمَا أَمَرْتَهُمْ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ أَبْعِدْ عَنْهُمْ بِطَانَةَ السُّوْءِ وَالْمُفْسِدِيْنَ وَقَرِّبْ إِلَيْهِمْ أَهْلَ الْخَيْرِ وَالنَّاصِحِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِ الْمُسْلِمِيْنَ فِيْ كُلِّ مَكَانٍ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اۤلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآءِ ذِي الْقُرْبَـى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ. أَقِيْمُوا الصَّلاَةَ !

 

Kolom Komentar

Support kami dengan komentar positif dan ulasan yang membangun.

* Anda Wajib login Untuk Menulis Komentar/Review.

Subscribe ELIPKSI

Jangan Lewatkan

Jangan sampai Anda terlewatkan update buku terbaru dari ELIPSKI, segera berlanganan gratis melalui email.