SEMANGAT PATRIOTISME DALAM AJARAN ISLAM
Oleh: Solahuddin
KHUTBAH PERTAMA
الحَمْدُ لِلهِ، الحَمْدُ لِلهِ رَبِّ العَالَمِيْن, حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَ يُكَافِئُ مَزِيْدَه، فَلَكَ اْلحَمْدُ حَتَّي تَرْضَي وَ لَكَ اْلحَمْدُ قَبْلَ الرِّضَا وَلَكَ اْلحَمْدُ بَعْدَ الرِّضَا وَ لَكَ اْلحَمْدُ إِذَا رَضِيْتَ عَنَّا دَائِمًا أَبَدًا. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه، اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيّدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ وَأَحُسُّكُمْ عَلَى طَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ: أَعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ. بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ. لاَ يَسْتَوِى الْقَاعِدُوْنَ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ غَيْرُ اُولِى الضَّرَرِ وَالْمُجَاهِدُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ بِاَمْوَالِهِمْ وَاَنْفُسِهِمْۗ فَضَّلَ اللّٰهُ الْمُجٰهِدِيْنَ بِاَمْوَالِهِمْ وَاَنْفُسِهِمْ عَلَى الْقٰعِدِيْنَ دَرَجَةً
Ma’asyiral muslimin, jamaah Jumat yang dimuliakan Allah Swt.
Pada kesempatan ini, khatib mengajak jamaah sekalian untuk senantiasa menjaga dan meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah Swt., dengan menjauhi larangan-larangan-Nya dan menjalankan perintah-perintah-Nya. Saat ini kita berada di bulan yang sangat bersejarah bagi bangsa kita, Bangsa Indonesia. Tepatnya pada tanggal 10 November 1945 di Surabaya terjadi peperangan yang sangat hebat, yang kemudian diabadikan sebagai hari pahlawan. Pertempuran ini menjadi simbol perlawanan bangsa kita terhadap penjajahan. Semangat patriotisme dalam dada para pejuang kita, mengalahkan rasa takut, mereka tidak kenal menyerah meski kalah dalam jumlah tentara dan persenjataan. Semangat patriotisme ini pula yang telah menggerakkan para pejuang mengangkat senjata meski seadanya, sejak Portugis lalu Belanda mulai menginjakkan kaki di bumi pertiwi. Nama-nama seperti Tengku Imam Bonjol, Teuku Umar, Cut Nyak Dien, Pangeran Diponegoro, Sultan Ageng Tirtayasa, Pattimura, Lalu ada Bung Tomo, Bung Karno, Bung Hatta, Jenderal Sudirman dan lain-lain, adalah nama-nama yang tertulis dengan tinta emas dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia.
Kaum muslimin rahimakumullah
Jiwa patriotik juga kita kenal dalam perjalanan tiap bangsa di se-antero dunia ini. Kalau kita cari nama para pahlawan dari tiap Negara, niscaya akan kita temukan juga. Orang-orang yang mendahulukan kepentingan bangsa dan negaranya dibandingkan keluarga, kerabat bahkan nama mereka sendiri. Lalu bagaimanakah Islam memandang semangat patriotisme ini? Apakah ia sejalan dengan ajaran Islam? Apakah patriotisme itu? Patriotisme adalah sikap yang berani, pantang menyerah dan rela berkorban demi bangsa dan Negara. Patriotisme berasal dari kata patriot dan isme yang berarti pahlawan atau berjiwa pahlawan. Kemudian, kalau patriotisme disandingkan dengan Islam, ia berarti rela mengorbankan kepentingan duniawi untuk kepentingan syiar Islam, dan memperjuangkan kepentingan bangsa dan negara sesuai dan sejalan dengan ajaran agama Islam yang berdasarkan kepada iman dan takwa.
Kaum muslimin rahimakumullah.
Dalam sejarah Islam, kita mengenal banyak sahabat Nabi yang tidak diragukan lagi semangat patriotismenya. Sayyidina Hamzah bin Abdul muththolib gugur sebagai sayyidu syuhada dalam perang Uhud bersama 70 orang syuhada lainnya. Sayyidina Ali bin Abi Thalib dengan keberaniannya yang luar biasa, memimpin perang Khaibar melawan Yahudi Madinah. Ada juga sahabat Khalid bin Walid yang bergelar ‘saifullah almaslul” pedang Allah yang terhunus, memimpin sekian pertempuran dan mendapatkan tanda mata luka di sekujur tubuhnya. Semangat perang Badar dengan jumlah pasukan yang begitu kecil bila dibanding kekuatan musuh selalu memotivasi kita untuk selalu berjuang membela kebenaran, membela yang hak di jalan Allah Swt. Tidak kalah dengan kaum laki-laki, para shahabiyah juga berperan aktif dalam banyak pertempuran dan perjuangan. Ada Nusaibah binti Ka’ab al-Anshariyah, al-Khansa, Hamnah binti Jahsy, Shofiyah binti Abdul Muthalib (bibi Nabi), Para Istri Nabi (ummahatul mu’minin) dan lain-lain yang ikut serta dalam pertempuran bersama Rasulullah saw.
Jamaah Jum’at rahimakumullah.
Islam menjanjikan pahala dan kedudukan yang sangat besar untuk orang-orang yang berjuang menegakkan kalimat Allah yang paling tinggi. Allah berfirman dalam surat an-Nisa ayat 95:
لاَ يَسْتَوِى الْقَاعِدُوْنَ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ غَيْرُ اُولِى الضَّرَرِ وَالْمُجَاهِدُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ بِاَمْوَالِهِمْ وَاَنْفُسِهِمْۗ فَضَّلَ اللّٰهُ الْمُجٰهِدِيْنَ بِاَمْوَالِهِمْ وَاَنْفُسِهِمْ عَلَى الْقٰعِدِيْنَ دَرَجَةً ۗ وَكُلًّا وَّعَدَ اللّٰهُ الْحُسْنٰىۗ وَفَضَّلَ اللّٰهُ الْمُجٰهِدِيْنَ عَلَى الْقٰعِدِيْنَ اَجْرًا عَظِيْمًاۙ.
“Tidaklah sama antara orang beriman yang duduk (yang tidak turut berperang) tanpa mempunyai uzur (halangan) dengan orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwanya. Allah melebihkan derajat orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk (tidak ikut berperang tanpa halangan). Kepada masing-masing, Allah menjanjikan (pahala) yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar”. (Q.S. an-Nisa: 95)
Dan Allah Swt. juga berjanji dalam surah as-Saff ayat 10-12 akan menyelamatkan orang-orang yang berjuang di jalan-Nya dari siksa api neraka, mengampuni dosa-dosa mereka, memasukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya dan memasukkan mereka ke tempat tinggal terbaik dalam surga ‘Adn.
Hadirin sidang Jum’at rahimakumullah.
Masih teringat dalam benak kita kejadian teror yang terjadi di negara kita dalam beberapa tahun belakangan. Mereka para pelaku mengatasnamakan patriotisme dan jihad, sehingga rela mengorbankan nyawanya dalam aksi bunuh diri, meledakkan bom bunuh diri. Apakah hal ini sejalan dengan semangat patriotisme dalam ajaran Islam? Salah satu syiar orang mukmin adalah Ihdal Husnayain, artinya meraih salah satu dari dua kebaikan. Yaitu memenangkan agama Allah, meninggikan kalimat Allah, atau gugur sebagai syahid dalam mempertahankan keimanan dan agama kita. Allah Swt. berfirman dalam surah at-Taubah ayat 52:
قُلْ هَلْ تَرَبَّصُوْنَ بِنَآ اِلَّآ اِحْدَى الْحُسْنَيَيْنِۗ وَنَحْنُ نَتَرَبَّصُ بِكُمْ اَنْ يُّصِيْبَكُمُ اللّٰهُ بِعَذَابٍ مِّنْ عِنْدِه اَوْ بِاَيْدِيْنَاۖ فَتَرَبَّصُوْٓا اِنَّا مَعَكُمْ مُّتَرَبِّصُوْنَ.
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Tidak ada yang kamu tunggu-tunggu (kedatangannya) bagi kami, kecuali salah satu dari dua kebaikan (menang atau mati syahid). (Sebaliknya,) kami menunggu-nunggu bagi kamu bahwa Allah akan menimpakan azab kepadamu dari sisi-Nya atau (azab) melalui tangan kami. Maka, tunggulah, sesungguhnya kami menunggu (pula) bersamamu.” (Q.S. at-Taubah: 52)
Semangat Jihad inilah yang dipegang oleh kaum muslimin. Sejarah banyak mencatat kisah kisah kepahlawanan dalam Islam. Di antaranya adalah panglima perang Khalid bin Walid ra. Suatu ketika dalam sebuah peperangan, orang kafir berkata kepada Khalid r.a.: “Wahai Khalid, pulanglah! Pasukanmu lebih sedikit, kami memiliki pasukan lebih banyak, dan kami memiliki pasukan yang berani mati. Pulanglah kamu! Daripada kamu sia-siakan nyawa pasukanmu”. Gertakan ini dijawab Khalid: “Lebih baik kalian yang pulang. Kami memiliki pasukan rindu kematian, seperti kalian merindukan khamr di waktu musim dingin.” Begitulah sifat pasukan Rasulullah saw. Mereka tidak hanya berani mati, tetapi rindu kematian, karena dalam islam orang yang mati syahid mendapatkan kedudukan yang mulia di sisi Allah.
Hadirin sidang Jum’at rahimakumullah.
Salah satu cabang patriotisme dalam Islam adalah mendharmabaktikan segala hidup kita untuk Allah. Tidak hanya orang yang mati syahid dalam perang yang disebut pahlawan. Tetapi semua yang dilakukan di jalan Allah dan untuk mencari ridha Allah juga disebut pahlawan. Diriwayatkan, pada suatu saat Rasulullah saw. baru tiba dari perang Tabuk, peperangan dengan bangsa Romawi yang kerap menebar permusuhan dan ancaman pada kaum muslimin. Banyak para sahabat yang ikut serta bersama Rasulullah saw. dalam peperaangan ini. Semuanya ikut perang, tidak ada yang tertinggal kecuali para sahabat yang berhalangan dan uzur. Saat mendekati kota Madinah, di salah satu sudut jalan, Rasulullah berjumpa dengan seorang tukang batu. Ketika itu Rasulullah melihat tangan buruh tukang batu tersebut melepuh, kulitnya merah kehitam-hitaman seperti terpanggang matahari. Kemudian sang manusia Agung itupun bertanya, “Pak kenapa tanganmu kasar sekali?, lalu si tukang batu menjawab: “wahai Rasulullah saw, pekerjaan saya ini membelah batu setiap hari, kemudian belahan batu itu saya jual, ke pasar, lalu hasilnya saya gunakan untuk memberi nafkah keluarga saya, karena itulah tangan saya kasar.” Rasulullah saw. adalah contoh teladan kita, manusia paling takwa dan mulia, tetapi orang yang paling mulia tersebut, begitu melihat tangan si tukang batu yang kasar karena mencari nafkah yang halal, Rasul pun menggenggam tangan itu, dan menciumnya, seraya bersabda: “Inilah tangan yang tidak akan pernah disentuh oleh api neraka selama lamanya”.
Hadirin sidang Jum’at rahimakumullah.
Cerita tersebut menunjuk bahwa jihad tidak hanya terbatas berperang membela agama saja, tetapi mencari nafkah juga disebut jihad. Mempertahankan harta benda juga termasuk jihad. Sebagaimana hadits Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh Said bin Zaid:
عن سعيد بن زيد، عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: «من قُتِلَ دُون مَالِهِ فهو شَهيدٌ، ومن قُتِلَ دُون أهْلِهِ، أو دُونَ دَمِهِ، أو دُون دِيْنِهِ فهو شَهيدٌ». (رواه أبوداود والترمذي والنسائي وأحمد).
“Barang siapa yang berperang mempertahankan hartanya kemudian terbunuh, maka ia adalah syahid, barang siapa yg berperang mempertahankan keluarganya, maka ia adalah syahid barang siapa yang berperang mempertahankan darahnya maka ia adalah syahid, dan barang siapa yang berperang mempertahankan agamanya, maka dia adalah syahid.” (HR: Abu Daud, Tirmidzi, An-Nasai, dan Ahmad)
Rasulullah menyebut syahid bagi orang yang membela keluarganya, hartanya, tanah airnya juga bangsanya dengan niat karena Allah. Inilah konsep kepahlawanan kita. Membela sesuatu yang layak dibela. Untuk Allah dan di jalan Allah. Patriotisme dalam Islam berarti seorang Muslim harus mengabdi dan menghormati negaranya dengan hidup sebagai seorang muslim yang menghormati kewajibannya kepada tetangganya yang beragam.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَذِكْرِ اْلحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ.
KHUTBAH KEDUA
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اٰلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا. أَمَّا بَعْدُ: فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ. وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلـمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّٰهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الْأَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ يَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ، اَللّٰهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعًا مَرْحُوْمًا، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقًا مَعْصُوْمًا، وَلَا تَدَعْ فِيْنَا وَلَا مَعَنَا شَقِيًّا وَلَا مَحْرُوْمًا. اَللّٰهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا، اَللَّهُمَّ وَفِّقْهُمْ لِمَا فِيْهِ صَلَاحُهُمْ وَصَلَاحُ اْلإِسْلَامِ وَالْمُسْلِمِيْنَ، اَللّٰهُمَّ أَعِنْهُمْ عَلَى الْقِيَامِ بِمَهَامِهِمْ كَمَا أَمَرْتَهُمْ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ أَبْعِدْ عَنْهُمْ بِطَانَةَ السُّوْءِ وَالْمُفْسِدِيْنَ وَقَرِّبْ إِلَيْهِمْ أَهْلَ الْخَيْرِ وَالنَّاصِحِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِ الْمُسْلِمِيْنَ فِيْ كُلِّ مَكَانٍ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اۤلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. عِبَادَ اللهِ! إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَاسْئَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
Support kami dengan komentar positif dan ulasan yang membangun.
* Anda Wajib login Untuk Menulis Komentar/Review.