Media Sosial

 

Naskah Khotbah Jumat : Hikmah Haji Napak Tilas Kehidupan dalam Perjalanan Haji

Naskah Khotbah Jumat : Hikmah Haji Napak Tilas Kehidupan dalam Perjalanan Haji
Pengarang
Alvin Siregar 
Instansi
Kategori
Haji 
Statistik Data
 
Tgl. Publish
Kamis, 08 Juni 2023 

HIKMAH HAJI: NAPAK TILAS KEHIDUPAN DALAM PERJALANAN HAJI Oleh: Kurnali

KHUTBAH PERTAMA

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ. اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِى فَرَضَ الْحَجَّ مَنِ اسْتَطَاعَ اِلَيْهِ سَبِيْلًا. أَشْهَدُ أَنْ لَاإِلٰهَ إِلَّا اللهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمّدًا نَبِيًّا وَّ رَسُوْلًا. اَلصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ رَسُوْلِ اللّٰهِ وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدٰى. اَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ، اِتّقُوْا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. وَقَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْانِ الْكَرِيْمِ، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ: وَلِلَّهِ عَلَى ٱلنَّاسِ حِجُّ ٱلْبَيْتِ مَنِ ٱسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا ۚ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَنِىٌّ عَنِ ٱلْعَٰلَمِينَ.

Hadirin jamaah Jum’at yang dirahmati Allah Swt.,.

Marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah Swt. yang telah menganugerahkan nikmat iman, Islam, dan tak lupa nikmat kesehatan sehingga kita dapat menghadiri shalat Jum’at yang penuh berkah ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad saw., beserta keluarga, sahabat, dan orang-orang beriman hingga akhir zaman.

Jamaah shalat Jum’at yang dirahmati Allah Swt.,

Mengawali khutbah ini, khatib akan menyampaikan khutbah singkat dengan judul “Napak Tilas Kehidupan dalam Perjalanan Haji”. Penjelasan ini akan dapat dipahami melalui 3 (tiga) bagian, yaitu: Pertama, Ibadah Haji. Kedua, Arti Hikmah. Ketiga Hikmah Haji: Napak Tilas Kehidupan dalam Perjalanan Haji.

Jamaah shalat Jum’at yang dirahmati Allah Swt.,

Bagian pertama adalah Ibadah Haji. Menurut Muhammad Ali Al-Fayumi bahwa haji berasal dari حَجَّ يَحُجُّ حَجًّا, mempunyai artiالقَصْدُ (bertujuan) yaituقَصْدُ الكَعبةِ لِلحَجِّ أَوِ العُمْرَةِ, artinya bertujuan menuju Ka’bah untuk haji atau umrah. Menurut istilah syari’at, ibadah haji adalah: قَصْدُ اْلبَيْتِ الْحَرامِ للِنُّسُكِ artinya: bertujuan ke Baitul Haram untuk ibadah haji. Ibadah haji adalah salah satu dari rukun Islam yang kelima. Hal ini sebagaimana hadits Rasulullah saw.:

يَا مُحَمّدُ أَخْبِرْنِي عَنِ الْإِسْلاَمِ, فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: الْإِسْلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ وَتُقِيْمُ الصَّلاَةِ وَتُؤْتِي الزّكَاةُ وَتَصُوْمُ رَمَضَانَ وَتَحُجُّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلًا

“Wahai Muhammad, beritahukan kepadaku tentang Islam”. Rasulullah menjawab, “Islam itu engkau bersaksi bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad itu utusan Allah, engkau mendirikan sholat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan dan mengerjakan ibadah haji ke Baitullah jika engkau mampu melakukannya.” (H.R. Muslim)..

Umat Islam memaknai ibadah haji sebagai kewajiban penyempurna dari Rukun Islam lainnya. Banyak muslim seantero dunia rela berkorban harta, waktu dan tenaga untuk menunaikannya bahkan rela menunggu antrian panjang hingga puluhan tahun. Tidak sedikit yang bahkan berhasrat menunaikan ibadah haji setiap tahun. Ini memunculkan pertanyaan mendasar bagi kita semua, apakah menunaikan ibadah haji berkali-kali akan menghasilkan peningkatan ibadah dan perilaku menjadi lebih baik, atau cukup ibadah haji satu kali namun mabrur sepanjang hayat? Maka dalam kesempatan ini khatib akan mengupas napak tilas kehidupan dalam perjalanan haji.

Jamaah shalat Jum’at yang dirahmati Allah Swt.,

Mahmud Yunus mengartikan الْحِكْمَةُ dengan arti mengetahui yang benar. Sementara Muhammad Ali al-Fayumi berpandangan bahwaالْحِكْمَةُ adalah لِأَنَّهَا تَمْنَعُ صَاحِبَهَا مِنَ أَخْلاَقِ اْلأَرَاذِلِ , mengandung pengertian bahwa hikmah mencegah pemiliknya melakukan perbuatan yang rendah. Hikmah menurut buku Pedoman Tuntunan Ibadah Haji Kementerian Agama RI memiliki makna sesuatu yang terkandung dalam amalan fisik atau rahasia yang tersirat dalam amalan fisik, atau lebih jauh maknanya mengungkap hakikat dari amalan syari’at. Syari’at adalah amalan lahiriyah, hakikat adalah intinya. Maka dapat disimpulkan bahwa hikmah adalah makna hakiki dari praktik ilmu dan amal dari suatu ibadah. Sebagaimana sabda Rasulullah saw.:

اَلحِكْمةُ تَزِيدُ الشَّرِيفَ شرَفًا، وتَرْفَعُ الْعَبْدَ الْمَمْلُوكَ حتَّى تَجْلِسَهُ مَجالِسَ الْمُلُوكِ

“Hikmah dapat menambah (derajat) seseorang terhormat dan mengangkat (derajat) seorang hamba sahaya sehingga ia dapat menduduki raja (penguasa)”(H.R. Abu Na’im dan Ibnu ‘Addi).

Sebagaimana firman Allah Swt.:

يُؤْتِي الْحِكْمَةَ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا ۗ وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ

“Allah menganugerahkan hikmah (pemahaman yang mendalam tentang al-Quran dan as-Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan siapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. dan hanya orang-orang yang berakal yang dapat mengambil pelajaran.” (Q.S. al-Baqarah: 269).

Jamaah shalat Jum’at yang dirahmati Allah Swt.,

Selanjutnya adalah napak tilas kehidupan dalam perjalanan Haji. Sebagai ibadah tahunan yang agung, ibadah haji memiliki berbagai manfaat dan tujuan yang besar, membawa kebaikan di dunia dan akhirat. Di antara hikmah ibadah haji dalam kehidupan adalah:

Pertama, hikmah Ihram. Ihram adalah keadaan seseorang yang telah berniat untuk melaksanakan ibadah haji dan atau umrah. Saat ihram, ia memakai pakaian berupa selembar kain, tanpa sepatu dan tutup kepala. Di antara hikmah ihram adalah meninggalkan simbol kesombongan, menanggalkan segala macam perbedaan, keangkuhan dan status sosial, kecuali ketakwaannya, sementara pakaian seringkali bisa menjadi simbol perbedaan dan menggambarkan status sosial dan pengaruh. Ihram adalah simbol persamaan derajat manusia ketika menghadap Allah Swt. dan pakaian seperti itulah yang akan dikenakan setiap muslim dalam menghadap Allah Swt. sesudah kematiannya.

Jamaah shalat Jum’at yang dirahmati Allah Swt.,

Kedua, hikmah thawaf.. Thawaf. adalah mengelilingi Ka’bah 7 (tujuh) kali putaran. Aktifitas ini memberikan gambaran kepada kita untuk tunduk pantang menyerah dalam melakukan ketaatan, konsisten dalam beribadah kepada Allah Swt., dan memiliki pegangan yang kuat dengan menetapkan dalam hati hanya Allah Swt,. sebagai poros utama kehidupannya.

Ketiga, hikmah Sa’i. Sa’i dapat dimaknai sebagai usaha. Sedangkan dalam rangkaian manasik haji, sa’i adalah lari-lari kecil dari bukit Shafa ke bukit Marwa sebanyak 7 (tujuh) kali. Ini berarti manusia harus berusaha dalam menjalani kehidupannya. Siti Hajar yang berlari dari Shafa ke Marwa merupakan usaha untuk mendapatkan air, salah satu kebutuhan utama manusia. Karena itu orang yang sudah menunaikan ibadah haji semestinya tetap rajin bahkan lebih rajin dalam ikhtiar. Adapun Shafa artinya kesucian dan ketegaran, sedangkan Marwa artinya ideal. Ini berarti orang yang berhaji dituntut memiliki ketegaran jiwa dan menjaga kesucian sehingga tidak menghalalkan segala cara agar idealisme yang dianutnya tetap terjaga.

Keempat, hikmah Wuquf di Arafah. Pengertian wuqufadalah berdiam diri di Padang Arafah. Arafah berarti pengenalan. Dengan wukuf di Arafah diharapkan seseorang akan lebih mengenal Allah Swt. dengan segala kekuasaan-Nya dan mengenal jati dirinya, dari mana, mau apa, harus bagaimana dan mau kemana. Inilah simbol instrospeksi diri atau muhasabah. Kemudian menyadari kesalahan dirinya, bertaubat dan bertekad untuk menjalankan kehidupan yang lebih baik dan bermanfaat. Melalui aktifitas wukuf, para jamaah haji dapat membayangkan bagaimana keadaan di Padang Mahsyar kelak, karena berkumpulnya jamaah haji di Arafah juga sebagai simbol dari Padang Mahsyar kelak untuk menanti keputusan Allah Swt. akan nasibnya di akhirat kelak.

Jamaah shalat Jum’at yang dirahmati Allah Swt.,

Kelima, hikmah melontar jumrah. Aktifitas ini disimbolkan sebagai perlawanan terhadap setan. Karena itu, seorang haji semestinya menjadi manusia yang tidak mau tunduk pada setan dengan segala ajakan, godaan dan rayuannya, bahkan syaitan selalu dijadikan sebagai musuh yang paling berbahaya. Melontar jumrah dapat juga dimaknai sebagai upaya melemparkan sifat-sifat setan yang berada di dalam diri kita.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (Q.S. al-Baqarah: 208).

Keenam, hikmah tahallul.Tahallulartinya menjadi boleh atau halal. Jamaah haji, yang telah ber-tahallul dengan menggunting atau mencukur rambut, berarti apa-apa yang semula tidak diperbolehkan untuk dilakukan, sekarang menjadi boleh. Ini berarti, seorang haji hanya malakukan hal-hal yang dibolehkan oleh Allah dan Rasul-Nya, sedangkan hal-hal yang diharamkan, baik itu yang menyenangkan atau menguntungkan, maka akan ia jauhi.

Dengan demikian, setelah seorang muslim menunaikan ibadah haji, ia dituntut membuktikan ke-mabrur-an hajinya itu dengan sikap dan perilaku yang sesuai dengan ajaran Islam sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah saw.

ببَارَكَ اللهُ لِى وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِى وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِى هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِى وَلَكُمْ وَلِوَالِدَيَّ وَلِوَالِدِيْكُمْ وَلِجَمِيْعِ الْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

KHUTBAH KEDUA

]اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَانِهِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا. أَمَّا بَعْدُ. فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْ مَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَّى بِمَلآئِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ, وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ الْمُقَرَّبِيْنَ. وَارْضَ اَللّٰهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِىٍّ وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ الى يَوْمِ الدِّيْنِ. وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا، اَللّٰهُمَّ وَفِّقْهُمْ لِمَا فِيْهِ صَلَاحُهُمْ وَصَلَاحُ اْلإِسْلَامِ وَالْمُسْلِمِيْنَ، اَللّٰهُمَّ أَعِنْهُمْ عَلَى الْقِيَامِ بِمَهَامِهِمْ كَمَا أَمَرْتَهُمْ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ أَبْعِدْ عَنْهُمْ بِطَانَةَ السُّوْءِ وَالْمُفْسِدِيْنَ وَقَرِّبْ إِلَيْهِمْ أَهْلَ الْخَيْرِ وَالنَّاصِحِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِ الْمُسْلِمِيْنَ. عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

 

Kolom Komentar

Support kami dengan komentar positif dan ulasan yang membangun.

* Anda Wajib login Untuk Menulis Komentar/Review.

Subscribe ELIPKSI

Jangan Lewatkan

Jangan sampai Anda terlewatkan update buku terbaru dari ELIPSKI, segera berlanganan gratis melalui email.