Media Sosial

 

Kedermawanan dalam Islam

Kedermawanan dalam Islam
Pengarang
Rahmatullah, M.A 
Instansi
Kategori
Dermawan 
Statistik Data
 
Tgl. Publish
Kamis, 12 Oktober 2023 

KEDERMAWANAN DALAM ISLAM

Oleh: Rahmatullah, M.A

KHUTBAH PERTAMA

اَلْحَمْدُ للهِ اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِىْ جَعَلَ الْاِسْلَامَ طَرِيْقًا سَوِيًّا، وَوَعَدَ لِلْمُتَمَسِّكِيْنَ بِهِ وَيَنْهَوْنَ الْفَسَادَ مَكَانًا عَلِيًّا. اَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا محَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا. اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا.

أَمَّا بَعْدُ . فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِىْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي القُرْانِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمْ: لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتّٰى تُنْفِقُوْا مِمَّا تُحِبُّوْنَ ۗوَمَا تُنْفِقُوْا مِنْ شَيْءٍ فَاِنَّ اللّٰهَ بِه عَلِيْمٌ

Jamaah Jumat rahimakumullah

Menjadi sebuah keniscayaan bagi kita untuk terus menguatkan rasa syukur kepada Allah Swt. yang senantiasa menganugerahkan nikmat yang banyak sehingga kita masih dapat menjalankan berbagai aktivitas dan beribadah di hari Jumat yang penuh berkah ini. Wujud syukur ini bisa kita lakukan dengan terus meningkatkan komitmen ketakwaan kepada Allah Swt. dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad Saw yang telah mewariskan dua pusaka yaitu al-Quran dan Sunnahnya sebagai pedoman mengarungi kehidupan yang pesannya terus relevan dengan semangat zaman.

Jamaah Jumat rahimakumullah

Islam adalah agama yang membawa kemashlahatan kepada umatnya. Kata agama berasal dari bahasa sansakerta, a berarti tidak dan gama berarti kacau, sehingga agama berarti tidak kacau. Dengan kata lain agama mengajarkan keteraturan dalam hidup ini. Sedangkan di dalam al-Qur’an, agama disebut dengan (دين) din. Kata ini terdiri dari tiga huruf: dal, ya’ dan nun. Makna dasar dari semua kata yang dibentuk oleh huruf-huruf tersebut menurut Prof. Dr. Quraish Shihab adalah “hubungan/interaksi antara dua pihak”.

Dari sini kita dapat memahami bahwa “din” atau agama adalah interaksi antara manusia dengan Tuhan, dengan sesama manusia, lingkungan serta dirinya sendiri. Oleh karena itu, ajaran Islam tidak hanya sebatas ibadah ritual yang melibatkan hubungan dengan Allah Swt. semata, tetapi juga hubungan sesama manusia di muka bumi ini.

Meski secara idealitas agama mempunyai visi yang mulia, tetapi dalam prakteknya kita masih menemukan pemahaman agama yang belum dapat menjawab tantangan zaman. Salah satu masalah bersama saat ini adalah tantangan kemiskinan dan ketimpangan ekonomi. Di media sosial kita bisa melihat, sering sekali orang memamerkan harta kekayaannya yang melimpah. Namun ironinya, di sekeliling kita masih banyak yang harus mengais rezeki dari setumpuk sampah.

Menyikapi hal tersebut, sesungguhnya agama Islam telah datang membawa semangat untuk meningkatkan perekonomian sekaligus keadilan sosial bagi semua. Salah satu tawarannya adalah dengan menumbuhkan semangat filantropi atau kedermawanan. Lantas bagaimana sikap kedermawanan dalam perspektif Islam? Mari kita simak bersama firman Allah Swt dalam Surat Ali Imran ayat 92:

لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتّٰى تُنْفِقُوْا مِمَّا تُحِبُّوْنَ ۗوَمَا تُنْفِقُوْا مِنْ شَيْءٍ فَاِنَّ اللّٰهَ بِه عَلِيْمٌ

“Kamu sekali-kali tidak akan memperoleh kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai. Apa pun yang kamu infakkan, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui tentangnya”.

Memahami ayat tersebut, terdapat satu kata kunci yaitu al-birr. Menurut al-Raghib al-Isfahani dalam kitab Mu’jam Mufradat Alfazh al-Quran, kata ini bermakna al-tawassu’ fi fi’li al-khair, perluasan dalam melakukan kebaikan. Karenanya ayat tersebut dapat kita pahami dengan makna bahwa kebaikan tidak akan dicurahkan secara melimpah ruah (al-birr) sampai seseorang mau menginfakkan sebagian harta yang dicintai. Menurut Ibn ‘Asyur dalam kitab tafsirnya al-Tahrir wa al-Tanwir, menginfakkan harta yang dicintai adalah syarat untuk dapat mencapai puncak kebaikan. Artinya berinfak tidak sebatas karena mengurangi harta yang berlebih. Apalagi hanya dimotivasi memberikan sesuatu yang sudah tidak digunakan lagi.

Melalui ayat ini, Allah Swt. hendak mendorong umat Islam untuk menjadi umat terbaik dalam berinteraksi sosial dengan mengutamakan semangat tolong-menolong antar sesama manusia. Motivasi untuk menjadi umat terbaik ini selaras dengan moderasi beragama atau wasathiyah. Imam al-Thabari dalam kitab tafsirnya memberikan definisi kata wasath dengan al-khiyar, maknanya adalah menjadi umat yang terbaik. Lantas bagaimana kita dapat menjadi umat yang terbaik? Caranya adalah dengan menunjukan karakter umat yang beriman dengan akhlak yang agung, salah satunya adalah dengan senang berderma.

Dengan berderma, maka roda perekonomian dapat berjalan dengan sehat, tidak dimonopoli oleh satu kelompok kepentingan saja. Hal ini juga menjadi cita-cita Qurani dalam mencapai visi keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia sebagaimana potongan firman Allah Swt. dalam Surat Al-Hasyr ayat 7:

...كَيْ لَا يَكُوْنَ دُوْلَةً ۢ بَيْنَ الْاَغْنِيَاۤءِ مِنْكُمْۗ ...

“…(Demikian) agar harta itu tidak hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu…”

Ayat tersebut menjelaskan bahwa Islam tidak menghendaki penumpukan harta terhadap sekelompok orang, sehingga menyebabkan sebagian orang yang lainnya terjerat dalam kemiskinan. Ayat tersebut juga memberikan pemahaman bahwa di dalam harta orang kaya juga terdapat harta orang miskin, sehingga disyariatkanlah zakat, infaq, dan sadaqah sebagai upaya memberikan jalan beredarnya harta di tengah masyarakat. Sebaliknya potret mereka yang sombong dan merasa hartanya adalah kepemilikannya pribadi juga diabadikan dalam Al-Quran melalui sosok Qarun yang pada akhirnya dikubur hidup-hidup bersama harta yang disombongkannya. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam Surat Al-Qashash ayat 78:

قَالَ اِنَّمَآ اُوْتِيْتُه عَلٰى عِلْمٍ عِنْدِيْۗ اَوَلَمْ يَعْلَمْ اَنَّ اللّٰهَ قَدْ اَهْلَكَ مِنْ قَبْلِه مِنَ الْقُرُوْنِ مَنْ هُوَ اَشَدُّ مِنْهُ قُوَّةً وَّاَكْثَرُ جَمْعًا ۗوَلَا يُسْـَٔلُ عَنْ ذُنُوْبِهِمُ الْمُجْرِمُوْنَ

“Dia (Qarun) berkata, “Sesungguhnya aku diberi (harta) itu semata-mata karena ilmu yang ada padaku.” Tidakkah dia tahu bahwa sesungguhnya Allah telah membinasakan generasi sebelumnya yang lebih kuat daripadanya dan lebih banyak mengumpulkan harta? Orang-orang yang durhaka itu tidak perlu ditanya tentang dosa-dosa mereka.”

Karenanya kita dapat merefleksikan kembali pada diri ini. Adakah keengganan untuk mengeluarkan harta di jalan kebaikan karena kecintaan yang berlebih pada materi? Jika jawabannya iya, maka patut diwaspadai bisa jadi kita adalah penerus Qarun di era modern saat ini. Naudzubillah min dzalik.

Jamaah Jum’at rahimakumullah

Sifat kedermawanan dalam Islam tidak semata berkaitan dengan aspek keduniaan. Kita dapat belajar dari satu surat pendek yang sudah dihafal sejak masih kecil, yaitu surat Al-Ma’un. Allah Swt berfirman:

اَرَءَيْتَ الَّذِيْ يُكَذِّبُ بِالدِّيْنِۗ, فَذٰلِكَ الَّذِيْ يَدُعُّ الْيَتِيْمَۙ, وَلَا يَحُضُّ عَلٰى طَعَامِ الْمِسْكِيْنِۗ

“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim. Dan tidak menganjurkan untuk memberi makan orang miskin”.

Jika kita perhatikan, surat Al-Maun diawali dengan bentuk pertanyaan, yang bertujuan menggugah hati dan pikiran mitra bicara agar memerhatikan kandungan pembicaraan yang akan disampaikan. Hal ini menunjukkan gaya bahasa (balaghah) Al-Quran yang mendalam sebagaimana diungkapkan Imam Ali al-Shabuni dalam tafsirnya Shafwah al-Tafasir:

اَلَّذِي يُرَادُ بِهِ تَشْوِيْقُ السَّامِعَ اِلَى الْخَبَرِ وَالتَّعْجِيْبِ مِنْهُ الْإِسْتِفْهَام

“Pertanyaan yang bermaksud menarik perhatian pendengar sehingga menghayati dan merenungi berita yang disampaikan”.

Masih pada ayat pertama, kita menemukan kata al-din yang dirangkaikan dengan kata yukazzibu. Kata al-din dari segi bahasa antara lain berarti agama, kepatuhan dan pembalasan. Namun, dalam ayat tersebut dimaknai oleh sebagian ulama dengan pembalasan. Pendapat ini didukung oleh pengamatan yang menunjukkan bahwa di dalam Al-Quran, bila menggandengkan kata al-din dan yukazzibu konteksnya ialah pengingkaran kepada hari kiamat.

Oleh karena itu, dalam pandangan Islam, segala bentuk kegiatan manusia, haruslah dalam rangka kehidupan setelah kiamat kelak, termasuk pengelolaan harta. Tetapi, ada saja sekelompok manusia yang tidak percaya dengan hari kiamat, sehingga di dunia mereka melakukan hal-hal yang buruk, yaitu dijelaskan pada ayat selanjutnya.

Ayat kedua dan ketiga, ayat ini menggabungkan kedua hal, yaitu (1) tidak memiliki kasih sayang kepada anak-anak yatim dan (2) tidak menyuruh untuk kasih sayang kepada orang lain. Kedua hal tersebut dilarang oleh Islam. Mafhum mukhalafah-nya, Islam mendorong kita untuk mencintai anak yatim dan membantu orang lain yang kesusahan. Karenanya Surat Al-Ma’un ini dapat menjadi basis teologis umat Islam agar terdorong untuk berderma. Surat ini adalah cerminan bahwa ajaran Islam tidak memisahkan upacara ritual dan ibadah sosial atau membiarkannya berjalan sendiri-sendiri.

Jamaah Jum’at rahimakumullah

Mengakhiri khutbah Jumat pertama ini, mari kita renungkan bersama hadis Nabi Muhammad saw. berikut:

السَّخَي قَرِيْبٌ مِنَ اللهِ قَرِيْبٌ مِنَ النَّاسِ قَرِيْبٌ مِنَ الْجنَّةِ وَالْبَخِيْلُ بَعِيْدٌ مِنَ اللهِ بَعِيْدٌ مِنَ النَّاسِ قَرِيْبٌ مِنَ النَّارِ

“Orang yang dermawan dekat dengan Allah Swt., dekat dengan manusia, dekat dengan surga, dan jauh dari neraka. Sedangkan orang yang kikir jauh dari Allah Swt., jauh dari manusia, jauh dari surga dan dekat dengan neraka. Orang jahil yang dermawan lebih disukai Allah daripada ahli ibadah yang kikir” (H.R. Tirmidzi).

Semoga kita dapat termasuk golongan orang-orang yang rajin membantu saudaranya. Dermawan dan tidak kikir dengan harta, serta senantiasa diberikan rezeki yang halal nan berkah. Sehingga dengan harta yang ada, dapat menuntun kita menuju surga-Nya.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ.

KHUTBAH KEDUA

اَلْحَمْدُ للهِ اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، وَتَابِعْ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ بِالْخَيْرَاتِ رَبَّنَا اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ. رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا، رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا، رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ. اَللّٰهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا، اَللّٰهُمَّ وَفِّقْهُمْ لِمَا فِيْهِ صَلَاحُهُمْ وَصَلَاحُ اْلإِسْلَامِ وَالْمُسْلِمِيْنَ، اَللّٰهُمَّ أَعِنْهُمْ عَلَى الْقِيَامِ بِمَهَامِهِمْ كَمَا أَمَرْتَهُمْ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ أَبْعِدْ عَنْهُمْ بِطَانَةَ السُّوْءِ وَالْمُفْسِدِيْنَ وَقَرِّبْ إِلَيْهِمْ أَهْلَ الْخَيْرِ وَالنَّاصِحِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَ اللهِ إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ وَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْا عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُاللهِ أَكْبَرُ.

 

Kolom Komentar

Support kami dengan komentar positif dan ulasan yang membangun.

* Anda Wajib login Untuk Menulis Komentar/Review.

Subscribe ELIPKSI

Jangan Lewatkan

Jangan sampai Anda terlewatkan update buku terbaru dari ELIPSKI, segera berlanganan gratis melalui email.