
Yogyakarta, Bimas Islam -- Pada tahun 2022 jumlah konflik keagamaan mengalami penurunan. Meski begitu, memasuki tahun 2023, terdapat kecenderungan meningkatnya jumlah konflik sosial berdimensi keagamaan. Demikian disampaikan Kasubdit Bina Paham Keagamaan dan Penanganan Konflik, Dedi Slamet Riadi, saat ditemui di sela Rakornas Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah (Urais Binsyar) di Yogyakarta, Jumat (24/2/2023).
Dikatakan Dedi, potensi konflik di awal tahun 2023 tergambar dari sejumlah konflik sosial berdimensi keagamaan di awal bulan Januari. "Selain itu, pada bulan berikutnya pun terjadi konflik lainnya. Kami ingatkan bahwa konflik keagamaan di satu daerah biasanya akan memicu konflik lain yang melibatkan pihak-pihak yang serupa," ujarnya.
Kondisi itu, imbuhnya, juga didukung menghangatnya situasi politik di tahun 2023. "Yang harus diantisipsi adalah adanya beberapa kalangan yang sangat mungkin memanfaatkan politik identitas sebagai cara untuk meraih suara menjelang Pemilu 2024. Bahkan ada satu partai yang terang-terangan menyatakan bahwa mereka adalah representasi politik identitas," ujar Dedi.
Terkait itu, Dedi mengatakan, di awal tahun 2023 ia mengarahkan program kerja untuk mengantisipasi dan mencegah politisasi agama dan politik identitas.
Rakornas Urais Binsyar digelar selama tiga hari, Kamis hingga Sabtu, 23-25 Februari 2023 di Yogyakarta. Rakornas yang merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan Rakernas Ditjen Bimas Islam di Ancol, Jakarta, itu dihadiri 120 peserta yang mewakili Kanwil Kemenag seluruh Indonesia, para pejabat fungsional, mitra strategis, dan pegawai di lingkungan Direktorat Urais dan Binsyar.
Ska/Mr